annyeong haseyo...ini cerpen reproduksi kedua.....heheheh...tapi belum diedit.....maunya nanti iedit....mianhae.....tapi tetep disini mintak perdapat dan saran.....oke......jeongmal gamsahamnida...........
“Omma
Mianhae”
Sang
surya tampak akan meninggalkan peraduannya dan menandakan sang rembulan akan
bersinar menggantikan tugasnya menerangi bumi. Begitupula dengan lampu-lampu jalan yang mulai
dihidupkan untuk menerangi jalanan kota seoul yang becek setelah diguyur hujan
selama seminggu ini. Banyak orang berlalu lalang di jalan untuk sekedar
menghilangkan sters setelah bekerja seharian dengan menikmati malam yang cerah
dengan bulan purnama yang indah dan taburan bintang dilangit. Namun cerahnya
malam ini tidak secerah hati namja1
yang sedang duduk di ruang tunggu pasien Rumah Sakit Seoul. Wajahnya
menyiratkan rasa kekawatiran akan keadaan seseorang yang telah dirawat di ruang
perawatan tersebut. Krekk....pintu ruang perawatan tiba-tiba berbunyi, dan keluarlah
sang dokter dengan perawat yang mengekor di belakangnya. Tiba-tiba seorang namja dengan pakaian lusuh dan rambut
acak-acakan yang mungkin tak disisir dari kemarin datang menghampiri dokter dan
langsung bertanya.
“dokter...dokter
bagaimana keadaan ibu saya?” tanyanya dengan muka yang kawhatir.
“mmhh....ommamu mengalami struk ringan karena
terlalu lelah dan banyak pikiran. Untung
cepat mendapatkan pertolongan sehingga kaadaannya tidak menjadi parah. Tapi
tetap jaga ommamu dengan baik agar
tidak terjadi hal seperti ini lagi, jangan biarkan ommamu melakukan pekerjaan yang berat dan juga jaga dia agar tetap
tenang dan tidak sters” jawab sang dokter panjang lebar yang membuat namja tersebut menganguk-nganguk dengan
pasrah.
“ne araseo2” jawabnya dengan
lemas
“aku
peringatkan kalau sekali lagi kejadian ini terulang mungkin ommamu tidak bisa diselamatkan” kata
sang dokter kemudian sebelum meninggalkan namja tersebut.
Mendengar
perkataan dokter namja tersebut menjadi diam dan mematung di depan pintu ruang
perawatan ommanya sambil melihat sang
ibu dari kaca pintu. Ommanya adalah
seorang pedagang kue keliling. Setiap hari ia selalu bangun sebelum sang surya
menampakan sinarnya untuk membuat kue dan memjajakannya ke pasar-pasar dan toko-toko
yang jaraknya cukup jauh. Ia tidak mempunyai sepeda motor ataupun sepeda, yang
dia punya hanyalah gerobak tua yang dia gunakan untuk tempat menampung kue-kue
yang ia buat. Sehingga setiap hari ia harus berjalan bermil-mil jauhnya untuk
menjajakan kuenya. Ia melakukan itu untuk menghidupi 2 orang anaknya yaitu minhyuk
dan sora. Minhyuk adalah anak sulungnya yang sekarang duduk di bangku sekolah
menengah atas dan sora adalah anak bungsunya yang sekarang duduk di seolah
dasar. Demi menyekolahkan dan memberikan pendidikan kepada kedua anaknya ia
rela berjalan bermil-mil jauhnya dengan panas matahari yang menusuk tulang. Dia
tidak ingin anaknya bekerja ataupun membantunya membuat kue. Ia hanya ingin
anak-anaknya belajar agar bisa lulus dan mendapatkan pekerjaan yang baik dan
dapat hidup dengan baik. Namun karena kaadaan fisiknya yang sudah tua, ahirnya
tubuhnya tidak bisa lagi menahan rasa lelah yang terus menyerang dan akhirnya
ia pingsan saat sedang menjajakan kuenya.
“minhyuk....minhyuk......!” terdengar
suara ibunya memanggil dari dalam kamar. Suaranya begitu pelan dan lemah. Mendengar
suara sang ibu namja yang bernama minhyuk tersebut tersadar dari lamunannya dan
bergegas menghampiri ibunya.
“ne omma gwenchana..?” katanya
langsung masuk dan duduk di kursi yang sudah disiapkan. Ia langsung menggenggam
tangan ibunya . Ibunya hanya bisa tersenyum melihat kekhawatir anak sulungnya
tersebut.
”sora dimana..?” kata ibunya
menanyakan anak bungsunya
“aku suruh dia pulang untuk
mengambil beberapa baju untuk ibu”
“mengapa kau suruh dia pergi
sendirian..? kalau dia kesasar bagaimana..?” kata sang ibu menghawatirkan anak
bungsunya itu. Di kwatir sora akan tersesat di jalanan kota Seoul yang besar
itu.
“tak apa-apa bu aku suruh gi young
untuk mengantarkannya. Tenang saja!” kata minhyuk menenangkan ibunya.
“oh....kalau begitu tak apa-apa,
omma jadi tenang” katanya tak khawatir
lagi karena sora sudah bersama dengan gi young teman baik minhyuk yang sudah
dianggapnya sebagai anak sendiri. “kapan dia datang ?” tanya ibunya lagi
“mungkin sebentar lagi” jawab
minhyuk sambil melihat jam yang bertengger di tangan kanannya. Dan tak lama
kemudian sora muncul dari pintu dengan gi young yang mengikutinya dari belakang
sambil membawa tas berisi baju.
“omma....!” teriak sora sambil lari
menghampiri kakak dan ibunya, kemudian memeluk ibunya dengan erat seakan tidak
akan pernah melepaskannya.
“mmmhhh....anakku tersayang apakah
sudah mandi...? tanya ibunya sambil mengusap-ngusap kepala anaknya.
“sudah dong lihat kan wangi...haha,
tapi liat oppa omma bau belum mandi..hehe..” kata sora mengejek kakaknya, tapi
yang diejek malah hanya tersenyum dan tidak membalas. Dia malah meninggalkan
mereka berdua dan berjalan kearah gi young yang sejak tadi memeperhatikan
keluarga kecil bahagia tersebut.
“gomawo” katanya setelah sampai di tempat gi young.
“mian sudah merepotkanmu”
“gwenchana, kalian sudah kuanggap
seperti keluargaku sendiri” jawabnya sambil tersenyum. “oh ya, apa kata
dokter?”
“dokter bilang struk ringan , harus selalu
diawasi agar tidak terjadi seperti ini lagi. Karena kalau sekali lagi begini
mungkin omma tak terselamatkan” jawabnya sambil memperhatikan adik dan ibunya
yang sedang bercanda.
“mmh...sabar minhyuk bibi pasti
selamat, bibi adalah orang yang kuat” kata gi young menenangkan minhyuk . “kalau
begitu aku pulang dulu” kata gi young sambil menepuk-nepuk bahu sahabat baiknya
itu. Minhyuk hanya bisa mengangguk, karena ia tak tau lagi harus berkata apa
kepada sahabatnya ini. Tak terhitung lagi jumlahnya berapa kali keluarga gi
young sudah membantu keluarganya.
“bibi aku pulang dulu” katanya
sedikit berteriak agar suaranya didengar
“oh..ne..hati-hati dijalan gi young.
Gomawo sudah mengatarkan sora” jawab ibu minhyuk sambil tersenyum
“dada oppa, gomawo” teriak sora
sambil melambaikan tangannya. Gi youg lalu membalasnya dengan melambaikan tangan
juga dan pergi setelah membungkuk sedikit kehadapan ibu minhyuk.
Hari berlalu begitu cepat. Tidak
terasa sudah 1 minggu ibunya dirawat dirumah sakit. Selama itu minhyuk minta
izin di sekolahnya untuk beberapa minggu agar bisa menjaga ibunya. dan sora
sekarang tinggal di rumah gi young karena rumahnya sepi. Keadaan ibunya pun
perlahan membaik. Namun pada suatu pagi.
“minhyuk-ah..minhyuk-ah...” ucap
ibunya membangunkan minhyuk anaknya yang tidur di sebelah tempat tidurnya.
Dengan malas minhyuk bangun karena mendengar suara sang ibu.
“mmhh...wae..” jawab minhyuk sambil
mereganggan tubuhnya.
“Sora dimana..?
“dia aku suruh pulang dan tidur
dirumah gi young. Waeyo?
“mmmhh...kau sebaikya mencari
ayahmu..? kata ibunya tiba-tiba. Mendengar itu minhyuk terkejut karena sudah
sepuluh tahun berlalu sejak ayahnya meninggalkan mereka untuk pergi ke Busan dan tidak memberi kabar sama sekali. Ayahnya
pergi setelah meninggalkan hutang yang begitu banyak dan melampiaskan semua
perbuatannya kepada ibunya. Sejak saat itu ia memutuskan bahwa ayahnya adalah
orang jahat yang meninggalkan keluarganya dan tidak bertanggungjawab. Lagipula
ia sudah lupa akan wajah ayahnya sehingga untuk apa ia mencari ayah yang tidak
bertanggung jawab seperti itu. Ia sudah merasa bahagia dengan keluarga kecilnya
sekarang tanpa ayah.
“kenapa aku harus mencari appa? dia
telah meninggalkan kita dan membuat omma jadi begini?” katanya melampiaskan
semua kesalahan pada ayahnya
Mendengar perkataan anaknya ia hanya
bisa tersenyum dan menjawab. “dengan keadaan omma sekarang, omma tidak bisa menghidupi
kalian berdua. Lagipula mungkin umur omma mungkin sudah tidak panjang lagi.
Jadi sebaiknya kau mencari appa dan hidup bersamanya!” kata ibunya sambil
mengusap kepala anak kesayangannya tersebut.
“ani....aku tetap tidak mau
mencarinya. Omma tak akan apa-apa dan tentang uang, aku akan mencari kerja dan
menghidupi omma dan sora. Dan untuk apa kita mencari seseorang yang telah lari
dari tanggungjawabnya dan tidak memberi kabar selama 10 tahun” jawab minhyuk
masih tidak mau mendengarkan ibunya.
“kau tidak boleh begitu,
bagaimanapun dia itu appamu. Mungkin dia ada alasan tertentu sehingga tidak
bisa menemui kita” kata ibunya memberikan penjelasan.
“tetap saja...meskipun begitu,
apakah wajar kalau tidak menelfon ataupun mengunjung kita selama 10 tahun ini.
Kalau dia benar-benar sayang kepada kita, seharusnya dia datang dan tidak
membiarkan ibu bekerja sampai begini” jawabnya tak mau kalah sambil sedikit
berteriak.
Mendengar itu ibunya menghembuskan
napas pasrah dan berkata “kalau kau tidak mau mencarinya, maka ibu saja yang
akan mencarinya!” ancam ibunya sambil mencoba bangun dari tempat tidur.
“ani....ommaaa...jangan! untuk apa
kita mencari orang tidak berguna itu?” katanya setengah berteriak sambil
mencegah ibunya untuk turun dari tempat tidur.
“kau....kau.....ahk..ahk.....”
tiba-tiba ibunya sulit bernafas dan mulai tak sadarkan diri.
“omma..ommaaa......!!dokter...dokterr......”
teriaknya panik melihat keadaan ibunya.
Dengan cepat dokter dan perawat
datang dengan membawa tabung oksigen dan alat-alat kedokteran lainnya. Langsung
saja ibunya diberikan tabung oksigen dan obat penenang. Minhyuk diminta untuk
menunggu diluar selagi penangannan tersebut. Diluar ruangan minhyuk berjalan
bolak balik sambil memikirkan keadaan ibunya. Dia berfikir dalam hati.
Bagaimana kalau ibunya meninggal karena mendengar perkataannya. Bagaimana kalau
ibunya meninggal sebelum bisa bertemu ayahnya. Seharusnya tadi ia tidak
berdebat dengan ibunya. Seharusnya tadi ia menyetujui saja keinginan ibunya.
Jika dari tadi dia bilang ia tentu saja keadaannya tidak seperti ini. Oh
Tuhan....tolong selamatkan ibuku....jebal....!. katanya dalam hati sambil terus
berdoa. Beberapa menit kemudian dokter keluar dari ruangan dengan wajah yang
menunjukan kalau telah terjadi sesuatu yang sangat diinginkan.
“mian...ibumu tidak bisa
diselamatkan. Ia mengalami struk berat dan tidak bisa ditolong lagi”
Kata-kata dokter tersebut bagaikan
bumerang yang menusuk dadanya. Dia tidak bisa berifikir jernih, yang ia
fikirkan adalah ia telah membunuh ibunya. Ia telah membunuh ibu kesayangannya.
Secepat kilat ia pun masuk ke dalam ruangan dan melihat ibunya dengan air mata yang
mulai menetes satu persatu membasahi pipinya.
“omma...omma....kau tidak benar meninggalkan,
kau hanya tidurkan?” tanyanya kepada tubuh yang mulai mengeras itu dengan suara
yang bergetar. Karena tidak ada jawaban akhirnya ia menangis sejadi-jadinya
disamping tubuh ibu kesayangannya sambil terus berkata dengan mata yang
berlinang air mata. “omma...ireona.hiks...ikss....ommaa...jangan tinggalkan aku
dan sora sendirian hikss...omma...ireona...!”. lalu tiba-tiba gi yong datang
dengan sora. Gi yong terkejut melihat bibinya sudah tidak sadarkan diri dengan
minhyuk menangis disampingnya. Melihat situasi tersebut jadi gi young
menggendong sora dan berjalan menghampiri minhyuk.
“berhentilah menangis! bibi pasti
tidak senang jika melihatmu begini” kata gi yong sambil mengelus-elus bahu
minhyuk untuk menenangkannya.
“oppa...kenapa oppa menangis
disamping omma? Nanti omma bangun bagaimana?” kata sora dengan polos karena
masih tidak mengerti dengan keadaan seperti ini.
Mendengar perkataan adiknya minhyuk
bangun dari tempat duduknya dan menggendong sora. “ani...oppa tidak menangis.
Tadi ada sesuatu si mata oppa..” jawabnya sambil tersenyum.” Dan omma...dia
tidak akan bangun, dia akan tetap tidur...selamanya!” katanya lagi sambil
kembali tersenyum.
1
bulan kemudian
Tidak terasa sudah sebulan ibunya
meninggal. Sekarang minhyuk dan sora tinggal bersama keluarga gi young. Dan
hari ini adalah tepat sebulan kematian ibunya, sehingga minhyuk datang ke kuburan
ibunya untuk berdoa. Ia tidak mengajak sora karena yang sora tau sampai saat
ini adalah ibunya masih tidur dengan pulas di tempat yang jauh. Ketika sora
bertanya mengapa ibunya tidak bangun-bangun, minhyuk selalu menjawab kalau
ibunya lelah dan butuh istirahat jadi tidak boleh diganggu. Dan setiap
mendengar jawaban dari kakanya, sora selalu diam dan tidak akan bertanya lagi.
Sesekali minhyuk berpikir untuk memberitahu keadaan yang sebenarnya kepada
sora. Namun gi young selalu bilang untuk bersabar dan menunggu sora agar lebih
dewasa dan mampu mengendalikan emosinya. Minhyuk menurut saja kata-kata gi
young karena ia juga tidak mau adiknya merasakan sedih yang berkelanjutan.
Sesampainya di kuburan ibunya, minhyuk
langsung memberikan bunga lili putih, bunga kesukaan ibunya.dia menaruhnya di
atas kuburan ibunya dan memberikan sedikit wewangian lala berdoa. Setelah itu ia
duduk didepan kuburan ibunya merenung sejenak.
“ omma apakah kau senang disana? Aku dan sora
baik-baik saja disini. Dan tentang ayah aku sudah mulai mencarinya......”
katanya sedikit bergetar karena dadanya mulai terasa sesak dan air mata telah
menetes membasahi pipinya. “maafkan aku karena tidak mendengarkan
perkataanmu.....dan malah membentakmu.....” ia tidak melanjutkannya. Kini air
matanya telah mengalir dengan deras membasahi pipinya. Dan dibalik tangisnya
itu ia kemudian berkata dengan pelan “omma mianhae”.
oke.....udah selesai baca.....heheh...semoga reader senang........komentar...komentar.........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar